Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Duga Pelakunya,Dikenal Korban


PELAKU pembunuhan siswa SMA PGRI Inderalaya, Antoni (18) yang ditemukan tinggal tulang belulang dengan kondisi tangan terikat, dekat rel Kereta Api (KA) di Desa Payakabung, Kecamatan Inderalaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Jumat (23/5) sekitar pukul 10.30 WIB, masih misteri. Dendam atau murni perampokan motifnya? Apa harapan keluarga alm Antoni, berikut penelusuran Sumatera Ekspres ke rumah duka.

SUASANA duka masih menyelimuti kediaman alm Antoni, yang berbentuk panggung kayu di Desa Tanjung Dayang Utara, No 50, Kecamatan Inderalaya Selatan, Kabupaten OI. Apalagi saat Sumatera Ekspres, bertandang ke rumah duka pada Kamis (29/5), dibawah panggung rumah ibu-ibu tampak ramai mengerjakan persiapan pelaksanakan Takziah tujuh hari meninggalnya alm Antoni sejak ditemukan tewas.


Di teras atas panggung rumah duka, tampak terlihat lelaki paruh baya yang wajah menerawang sambil duduk melamun. ”Permisi Pak, benar ini rumah Pak Alwi,” tanya Sumeks. ’’Saya sendiri Alwi,”sambutnya. Diketahui, Alwi (45), merupakan ayahnya alm Antoni. ”Benar, sejak ditemukannya anak saya Antoni telah meninggal, saya benar-benar terpukul. Tidur tidak nyenyak makanpun tidak enak, kondisi saya saat ini lagi sakit,” ucapnya pelan.Dengan terbata-bata, Alwi lalu mengisahkan semasa hidup anaknya, anak ketiga dari empat bersaudara buah pernikahannya dengan Herliyah (35). Alm Antoni ternyata anak lelaki satu-satunya, sebab tiga saudaranya semuanya perempuan. ”Cita-cita kami cukup besar untuk menyekolahkan alm Antoni sampai bisa kuliah atau mendapat pekerjaan. Karenanya saya sudah siapkan lahan kebun 1 hektar untuk membiaya kuliah atau mendapat pekerjaan setelah menamatkan pendidikannya di SMA PGRI,” tutur Alwi.
Dikisahkannya kembali, cukup sulit menghubungi anaknya sejak 7 Mei 2008 lalu. Sebab saat pergi sekolah hari itu, alm Antoni tidak membawa handphone (Hp), berikut STNK motornya. Hingga malam tak kunjung pulang, biasanya sudah tiba di rumah pukul 13.30 WIB sepulang sekolah. Teman sepermainan atau teman sekolahnya, mulai dari Rendy, Aan, Tery, semuanya menyatakan tidak tahu. ”Kami sempat cari sampai ke Karang Endah, Muara Enim juga hasilnya sia-sia. Tidak ada satupun petunjuk yang saya dapatkan dari teman anaknya, atau dari keluarga lainnya,’’lanjut Alwi.
Selain mencari kesana-kemari, Alwipun menggunakan cara lain dengan menemui orang-orang pintar,’’Sudah 20 an orang pintar yang saya temui untuk minta bantuan, dan semuanya menyatakan Antoni masih hidup, tapi dimana,’’ keluh Alwi. Bahkan Awli sampai dua kali termimpi-mimpi, tapi dalam mimpinya alm Antoni diam saja. ”Saya berharap anak saya menyebutkan nama pelakunya dalam mimpi,” harapnya.
Siapa pelakunya, dan apa motifnya? Ditanya demikian, Alwi menduga kuat jika anaknya itu korban perampokan. Tapi salah satu pelaku, dikenal anaknya. Makanya alm Antoni dihabisi dengan cara tangan diikat pakai dasi sekolah, dan lehernya dijerat tali sepatu. ”Kami meminta agar kematian Antoni segera diungkap, dan bila pelakunya berhasil ditangkap agar segera diadili dengan hukuman yang setimpal,” cetusnya.
Sebelum akhirnya ditemukan jadi tulang belulang, Alwi mengaku sempat mengecek ke sekolah anaknya. Termasuk apakah alm Antoni sudah membayarkan uang biaya SPP sebesar Rp210 ribu yang diberikannya, dan ternyata memang sudah dibayarkannya. Karena belum juga didapatkan informasi dimana Antoni berada, seminggu kemudian Alwi melaporkannya ke Polsek Inderalaya. Kabar buruk kemudian didapat Alwi beberapa hari kemudian, setelah ada warga yang menemukan mayat di Desa Payakabung.
Alwi bersama polisi, lalu ikut memastikan identitas mayat tinggal tulang belulang itu yang ternyata benar anaknya. Setelah dicek dari ciri talapak kakinya yang agak miring, lalu bukti kuat seragam sekolahnya, sepatu dan nama di seragamnya tertulis Antoni. ”Padahal, empat hari setelah menghilang Antoni saya sempat lewat di sana,” sesal Alwi. (41)

Tidak ada komentar: