Sumbar Jadi Sasaran Teroris
Sembilan dari 10 tersangka teroris yang ditangkap di Palembang,Sumatera Selatan,pada 28 Juni dan 1 Juli lalu,pagi kemarin diterbangkan ke Jakarta.
Setibadi Jakarta, mereka langsung digelandang ke Markas Korps Brigade Mobil, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.Yang mengejutkan,para tersangka ternyata pernah merencanakan pemboman di Kafe Bedudel,Kampung China,Bukit tinggi,Sumatera Barat (Sumbar). Dari 10 tersangka itu, beberapa di antaranya juga terlibat dalam percobaan pembunuhan terhadap Pendeta Joshua di Bandung pada 2005 silam.
”Yang bersangkutan (inisial AT) pernah merencanakan peledakan bom di Sumatera Barat.Dia juga mempunyai satu pucuk senjata api genggam jenis SNW dengan enam butir peluru,” papar Kepala Divisi Humas Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Irjen Polisi Abubakar Nataprawira dalam siaran pers di Jakarta kemarin. Dia mengatakan, tersangka berinisial AT alias M alias K alias Y,35,ini merupakan Amir Forum Antikemurtadan (Fakta) yang ditangkap pada 1 Juli.
Dia juga terlibat dalam perakitan bom yang sedianya akan diledakkan tersebut. Seperti diketahui,Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menangkap 10 orang tersangka teroris. Setidaknya,22 bom—dengan bobot maksimal 5 kg—berhasil diamankan personel Densus 88,sementara 18 bom lainnya masih dicari.Hingga kini, Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri masih mencari tahu bentuk dan isi bom tersebut, sedangkan cara merakit bom masih didalami tim Gegana Polri.
Penangkapan itu merupakan rangkaian operasi yang dilakukan petugas antiteror sejak Sabtu (28/6) lalu,dengan menangkap tersangka MH alias ST,35.MH adalah seorang guru bahasa Inggris yang ditangkap di Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel.”Berdasarkan red noticeyang diminta Singapura, MH terlibat teroris Jamaah Islamiyah,”katanya.
Setelah itu, pada Selasa (1/7), Densus 88 membekuk sembilan orang lainnya—termasuk AT–yang termasuk jaringan buronan teroris Singapura, Mas Slamet Kastari.Mereka yakni,SG alias S,seorang mahasiswa; lias R, 22; AM alias Z, 26, buruh penyadap karet; W alias Y alias K, karyawan swasta,35; AG alias AT alias J, 36, pegawai negeri sipil (PNS) di Balai Pemasyarakatan Palembang; dan HP alias AH alias H, 25, seorang wiraswastawan.
Dalam jaringan mereka juga ada alumnus pendidikan militer di Afghanistan angkatan 1987—1992 yang memimpin Pondok Pesantren AF di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI), guru pesantren AF inisial SA alias AB,28, dan seorang buruh berinisial AMT, 30. ”Jadi kelompok ini ada kaitannya dengan kelompok Noordin M Top di Semarang dan Wonosobo (Jawa Tengah),”beber Abubakar.
Selain itu, tersangka MH juga mengaku telah memberikan pelatihan merakit bom kepada warga Palembang, sedangkan peran tersangka lain membantu merakit bom siap ledak, menyimpan bom, dan menyembunyikan tersangka MH. Terkait adanya dugaan seorang warga Singapura yang merupakan salah seorang tersangka, hal itu masih menjadi pertanyaan.Dikeluarkannya red notice atas nama tersangka MH belum bisa menjawab pertanyaan apakah MH adalah warga asing dimaksud.
Kepala Bidang Kerja sama Internasional National Central Bureau (NCB)-Interpol Indonesia Kombes Pol Desman Sinaga mengatakan, setiap negara berwenang meminta red notice untuk warganya sendiri dan warga negara asing. ”Jadi bisa saja yang dimintakan red notice itu warganya sendiri,bisa juga warga asing. Asal jelas tindak pidana yang dilakukan,” tutur dia kepada SINDO kemarin.
Tangan dan Kaki Dirantai
Kesembilan jaringan teroris yang berhasil ditangkap anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror (AT) Mabes Polri di wilayah Sumatera Selatan ini, kemarin diterbangkan ke Jakarta menggunakan pesawat khusus milik Polri jenis fix wing bernomor P 2035.
Pesawat bermesin jet pengangkut teroris berangkat dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang sekitar pukul 08.45 WIB. Sembilan teroris ini dibawa menuju bandara menggunakan kendaraan mobil. Tiba di bandara sekitar pukul 08.10 WIB, dengan dikawal ketat anggota Brimobda dan Densus 88 AT yang menggunakan sedikitnya 13 mobil. Konvoi kendaraan pembawa anggota teroris langsung masuk ke areal bandara melalui pintu kargodan langsung menuju badan pesawat.
Kemudian mereka langsung dinaikkan ke pesawat dengan kondisi tangan diborgol dan kaki dirantai. Tepat pukul 11.00 WIB,kesembilan tersangka tiba di Markas Korps Brigade Mobil,Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Selanjutnya,mereka langsung di tahan di Rumah Tahanan Provost di Mako Brimob. Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumsel Irjen Pol Ito Sumardi mengatakan, ini merupakan operasi yang dilakukan Densus Mabes Polri yang didukung Polda Sumsel.
Kapolda juga tidak menampik jika ada sembilan orang yang ditangkap karena diduga sebagai anggota teroris. Dari sembilan orang yang ditangkap,Kapolda mengaku belum tahu siapa yang jadi tersangka dan siapa yang jadi saksi, karena semua ada keterkaitannya. Dia juga belum tahu mereka yang ditangkap terlibat aksi teroris di mana,dengan alasan,karena data-data masih di tangan tim khusus Polri.
Ketika disinggung lewat mana anggota jaringan teroris masuk Palembang, Kapolda mengatakan bisa melalui banyak jalan, seperti laut atau darat. Dia juga membantah jika penangkapan anggota jaringan teroris di Palembang ada kaitannya dengan kedatangan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono pada Selasa (1/7).
”Itu hanya kebetulan. Sama sekali tidak kaitannya dengan Pak SBY.Bom yang ditemukan memang aktif tapi tidak diketahui kapan akan dipergunakan.Informasi akan diledakkan di mana juga belum tahu,”ucapnya. (rd kandi/dadang dinata)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
kok rawan amat seh..
Posting Komentar